Dalam hal peran peradilan dalam masyarakat kita, ada dua aliran pemikiran utama: aktivisme yudisial dan pengekangan yudisial. Kedua filosofi ini memiliki gagasan yang berbeda tentang seberapa besar kekuasaan peradilan yang seharusnya dimiliki dan bagaimana seharusnya menggunakannya. Berikut ini perbedaan utama antara kedua pendekatan penilaian ini.
Apa itu Aktivisme Yudisial?
Aktivisme yudisial adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tindakan hakim membuat keputusan berdasarkan keyakinan pribadi atau politik mereka sendiri alih-alih mendasarkan keputusan mereka pada hukum. Aktivis yudisial percaya bahwa Konstitusi adalah dokumen hidup yang harus ditafsirkan berdasarkan keadaan saat ini, sedangkan mereka yang menentang aktivisme yudisial percaya bahwa Konstitusi harus ditafsirkan sesuai dengan makna aslinya. Aktivis yudisial sering mengandalkan doktrin gaze decisis, yang berarti mendahulukan putusan pengadilan sebelumnya, meskipun putusan tersebut diambil tanpa mempertimbangkan iklim sosial dan politik saat ini. Aktivisme peradilan telah digunakan untuk membenarkan berbagai keputusan kontroversial, mulai dari desegregasi hingga hak aborsi. Sementara beberapa orang melihat aktivisme yudisial sebagai kekuatan positif untuk perubahan, yang lain melihatnya sebagai ancaman berbahaya terhadap supremasi hukum. Dalam kedua kasus tersebut, aktivisme yudisial kemungkinan akan terus menjadi isu kontroversial di Amerika Serikat selama bertahun-tahun mendatang.
Apa itu Pengekangan Yudisial?
Pengekangan yudisial adalah pendekatan untuk menilai yang menekankan terbatasnya peran peradilan. Pengekangan yudisial didasarkan pada keyakinan bahwa pengadilan tidak boleh campur tangan dalam pembuatan kebijakan, dan bahwa hakim harus menafsirkan hukum secara sempit dan menghindari pengambilan keputusan yang akan memiliki implikasi yang luas. Pengekangan yudisial telah dianjurkan oleh beberapa pemikir hukum konservatif, yang percaya bahwa sangat penting untuk menjaga keseimbangan kekuasaan antara berbagai cabang pemerintahan. Namun, para pengkritik pengekangan yudisial berpendapat bahwa hal itu dapat menyebabkan ketidakadilan, karena pengadilan menjadi kurang mampu melindungi hak-hak kelompok minoritas dan mereka yang tidak memiliki kekuatan politik.
Perbedaan antara Aktivisme Yudisial dan Pengekangan Yudisial
Aktivisme yudisial dan pengekangan yudisial adalah dua pendekatan yang sangat berbeda untuk menafsirkan hukum. Aktivisme peradilan adalah ketika seorang hakim menafsirkan hukum dengan cara yang lebih progresif dan liberal. Pengekangan yudisial, di sisi lain, adalah ketika seorang hakim menafsirkan hukum dengan cara yang lebih konservatif. Aktivis yudisial percaya bahwa Konstitusi harus ditafsirkan dengan cara yang hidup dan berkembang, sementara para pengekang yudisial percaya bahwa Konstitusi harus ditafsirkan dengan cara yang lebih literal dan statis.
Isu aktivisme yudisial vs. pengekangan yudisial sering muncul dalam kasus-kasus yang melibatkan isu-isu panas seperti aborsi atau pernikahan sesama jenis. Aktivis yudisial mungkin lebih mungkin untuk menjatuhkan undang-undang yang mereka yakini tidak konstitusional, sementara pengekangan yudisial mungkin lebih cenderung menegakkannya. Pada akhirnya, terserah masing-masing hakim untuk memutuskan pendekatan mana yang ingin mereka ambil.
Kesimpulan
Dua filosofi peradilan, aktivisme, dan pengekangan, bertentangan satu sama lain. Terserah pengadilan untuk memutuskan filosofi mana yang akan mereka adopsi. Aktivisme peradilan memungkinkan hakim untuk membuat keputusan berdasarkan keyakinan pribadi mereka. Pengekangan yudisial mensyaratkan bahwa pengadilan mengikuti Konstitusi dan hanya membuat keputusan berdasarkan apa yang tertulis dalam dokumen. Masing-masing filosofi yudisial ini memiliki pro dan kontra. Penting bagi publik untuk menyadari perbedaan-perbedaan ini sehingga mereka dapat meminta pertanggungjawaban pengadilan atas tindakannya.