Dalam etika, ada dua aliran pemikiran utama: deontologi dan teleologi. Deontologi berfokus pada tugas atau kewajiban suatu tindakan, sedangkan teleologi melihat pada konsekuensi dari suatu tindakan. Tidak ada jawaban benar atau salah – setiap pendekatan memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri. Mari kita lihat lebih dekat masing-masing.
Apa itu Deontologi?
Deontologi adalah teori etika yang berpendapat bahwa benar atau salahnya suatu tindakan tergantung pada tindakan itu sendiri, bukan pada konsekuensinya. Deontologis percaya bahwa ada aturan moral objektif yang harus kita ikuti, terlepas dari konsekuensinya. Ahli deontologi paling terkenal adalah Immanuel Kant, yang berpendapat bahwa moralitas bergantung pada kemampuan kita untuk bernalar dan membuat pilihan berdasarkan prinsip, bukan pada hasil yang diharapkan dari tindakan kita. Deontologi telah dikritik karena gagal memperhitungkan konsekuensi potensial dari tindakan kita, tetapi tetap menjadi teori etika yang populer.
Apa itu Teleologi?
Teleologi adalah studi filosofis tentang desain dan tujuan di dunia alami. Dalam etika, teleologi adalah teori bahwa tindakan kita secara moral benar atau salah tergantung pada konsekuensinya. Teori etika teleologis kadang-kadang disebut teori “konsekuensialis” karena mereka menilai moralitas suatu tindakan berdasarkan hasil atau keluarannya. Teori Teleologi yang paling terkenal adalah utilitarianisme, yang dikembangkan oleh filsuf Inggris Jeremy Bentham pada abad ke-18. Bentham berpendapat bahwa suatu tindakan secara moral baik jika menghasilkan lebih banyak kesenangan daripada rasa sakit, dan secara moral buruk jika menghasilkan lebih banyak rasa sakit daripada kesenangan. Saat ini, etika teleologis sering dikontraskan dengan etika deontologis, yang menilai moralitas suatu tindakan berdasarkan tujuan atau sasaran yang dimaksudkan daripada konsekuensinya.
Perbedaan antara Deontologi dan Teleologi
Deontologi dan Teleologi adalah dua pendekatan berbeda untuk membuat keputusan etis. Deontologi didasarkan pada prinsip bahwa ada aturan universal tertentu yang harus diikuti dalam semua situasi, apa pun hasilnya. Misalnya, aturan “jangan berbohong” akan selalu berlaku, meskipun mengatakan yang sebenarnya akan merugikan. Sebaliknya, teleologi didasarkan pada gagasan bahwa tujuan selalu menghalalkan cara. Jadi, jika berbohong akan menghasilkan hasil yang baik, seperti mencegah seseorang terluka, maka itu dianggap diperbolehkan secara etis. Deontologi sering dianggap sebagai pendekatan yang lebih kaku, sedangkan teleologi lebih fleksibel.
Namun, kedua pendekatan tersebut memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Ahli deontologi mungkin berpendapat bahwa mengikuti aturan universal adalah satu-satunya cara untuk memastikan bahwa orang diperlakukan dengan adil. Tetapi ahli teleologi akan mengatakan bahwa pendekatan ini dapat menyebabkan hasil yang buruk karena tidak memperhitungkan keadaan khusus dari setiap situasi. Pada akhirnya, tidak ada jawaban benar atau salah dalam memilih antara deontologi dan teleologi. Itu tergantung pada apa yang menurut Anda paling penting: mengikuti aturan secara membabi buta atau mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan Anda.
Kesimpulan
Perbedaan antara deontologi dan teleologi adalah perbedaan penting yang harus dibuat dalam teori etika. Deontologi berfokus pada tindakan itu sendiri, sedangkan teleologi melihat konsekuensi dari suatu tindakan. Keduanya memiliki kekuatan dan kelemahan, tetapi penting untuk memahami perbedaannya saat mencoba membuat keputusan tentang apa yang benar atau salah.