Menu Close

Perbedaan Antara Halusinasi dan Ilusi (Dengan Tabel)

Perbedaan Antara Halusinasi dan Ilusi (Dengan Tabel)

Perbedaan antara halusinasi dan ilusi adalah bahwa sementara yang pertama terjadi tanpa adanya rangsangan eksternal yang nyata, yang kedua adalah episode yang dihasilkan sebagai akibat dari ketidaksesuaian antara rangsangan eksternal dan persepsi mereka oleh individu.

Objek yang menyebabkan halusinasi tidak ada dalam realitas objektif, sedangkan objek yang menyebabkan ilusi memiliki keberadaan tubuh. Indera kognitif, pendengaran, visual, dan sentuhan individu salah menafsirkan rangsangan eksternal dari objek nyata, secara efektif menghasilkan ilusi. Orang sering mengalami kedua jenis episode tersebut, meskipun halusinasi sering diklasifikasikan sebagai gejala penyakit psikologis.

Tabel Perbandingan Halusinasi vs. Ilusi

Parameter Perbandingan

halusinasi

Khayalan

Definisi

Mereka adalah keadaan yang dihasilkan oleh persepsi yang salah tentang rangsangan internal.

Mereka adalah keadaan yang dihasilkan oleh salah tafsir terhadap rangsangan nyata.

rangsangan

Rangsangan yang memulai episode tidak nyata.

Rangsangan yang memulai episode itu nyata.

Universalitas pengalaman

Halusinasi sangat pribadi dan mungkin tidak seragam secara universal. Mereka tidak bisa berbagi pengalaman.

Ilusi dapat dialami secara bersamaan dan seragam oleh sekelompok orang. Mereka dapat dirancang sebagai pengalaman bersama.

konotasi episode

Halusinasi dianggap tidak normal dan berhubungan dengan keadaan pikiran yang patologis.

Ilusi dianggap cukup umum untuk dialami oleh orang sehat normal.

Gunakan untuk stimulasi mental

Halusinasi tidak digunakan untuk stimulasi mental aktif.

Ilusi biasanya digunakan untuk stimulasi mental melalui karya seni dan arsitektur.

Apa itu halusinasi?

Halusinasi disebabkan oleh persepsi objek yang tidak ada. Berasal dari kata Yunani ‘hallucinat’, mereka didefinisikan sebagai persepsi salah yang disebabkan oleh kerusakan sistem saraf pusat. Mereka dapat hadir sebagai gejala psikosis pada individu.

Halusinasi sering dikaitkan dengan kondisi seperti skizofrenia, Parkinson, dan gangguan stres pascatrauma. Perubahan psikosensori ini dapat berupa episode pendengaran dan visual. Pengalaman ini seringkali dapat didefinisikan sebagai ‘suara’ oleh individu yang mengalaminya.

Halusinasi penciuman dan somatik juga sering terjadi. Yang pertama mengacu pada mencium sesuatu yang tidak ada di dunia jasmani dan yang kedua mengacu pada sensasi bahwa tubuh sedang terluka. Seseorang mungkin merasakan kulitnya merinding sebagai bagian dari episode halusinasi atau mungkin melihat pola atau objek yang sebenarnya tidak ada.

Tiga landasan penting yang harus dipenuhi agar sebuah episode dapat diklasifikasikan sebagai halusinasi. Kondisi tersebut adalah: objek episode harus tidak nyata; episode tersebut harus menghasilkan pengalaman indrawi; dan terakhir, individu yang mengalami halusinasi harus diyakinkan akan realitas kontekstualnya.

Apa itu ilusi?

Ilusi adalah persepsi yang disalahtafsirkan. Rangsangan atau objek persepsi semacam itu nyata, tetapi interpretasinya salah. Ilusi terjadi ketika organ indera kita salah menafsirkan rangsangan eksternal. Episode ini dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai kategori ilusi visual, penciuman, kognitif, optik, dan geometris.

Psikolog telah mempelajari ilusi untuk memahami cara kerja sistem persepsi manusia. Salah persepsi tentang peristiwa tertentu dapat menyebabkan berkembangnya ilusi. Stimulasi organ indera yang berlebihan juga dapat menyebabkan ilusi.

Ketika perbedaan terjadi antara varietas informasi yang dikirimkan melalui berbagai organ indera kita, episode delusi biasanya dialami. Di sini fakta-fakta jasmani disalahtafsirkan oleh sistem kognitif kita.

Misalnya, seorang anak mengalami ilusi ketika dia mengartikan bayangan dalam kegelapan sebagai monster atau binatang. Ini adalah contoh bagus dari ilusi yang disebabkan oleh salah tafsir isyarat visual.

Perbedaan utama antara halusinasi dan ilusi

  1. Perbedaan utama antara halusinasi dan ilusi terletak pada persepsi. Persepsi salah tanpa rangsangan eksternal yang sesuai menghasilkan halusinasi. Ilusi terjadi karena kesalahan persepsi terhadap rangsangan yang sangat nyata dan ada. Ini sering disebut “kesalahan sensorik”.
  2. Perbedaan kedua dapat diajukan dalam kaitannya dengan keberadaan tubuh dari rangsangan yang menghasilkan setiap jenis episode. Sementara halusinasi adalah hasil dari rangsangan yang tidak ada, ilusi adalah episode yang diciptakan oleh rangsangan nyata. Juga, yang pertama, rangsangan yang dirasakan bersifat internal, sedangkan yang kedua rangsangan selalu eksternal.
  3. Ilusi dapat berbagi pengalaman, sementara halusinasi seringkali bersifat intim dan pribadi. Misalnya, semua penonton dapat secara bersamaan mengalami ilusi optik dalam pertunjukan sulap. Karena halusinasi dihasilkan oleh rangsangan internal, mereka cenderung spesifik untuk individu dan pengalaman serta pola pikir mereka sebelumnya.
  4. Pengalaman ilusi dianggap cukup normal pada individu, namun halusinasi dapat menjadi ekspresi gejala dari penyakit psikologis seperti skizofrenia dan demensia.
  5. Ilusi optik lebih mudah untuk diteliti dan diteorikan secara efektif. Halusinasi adalah pengalaman yang sangat pribadi, akibatnya kesempatan untuk menyelidiki pengalaman ini sangat minim dan sangat melelahkan.
  6. Ilusi dianggap sebagai cara untuk merangsang pikiran. Ilusi optik sering tercermin melalui karya seni untuk merangkum dan menarik perhatian penonton. Pesulap juga menggunakan ilusi optik untuk menarik minat penonton mereka. Namun, halusinasi tidak digunakan untuk stimulasi mental positif. Onsetnya, jika tidak diinduksi secara medis atau zat, sering dikaitkan dengan patologi psikiatri. Mereka diproduksi oleh rangsangan internal yang sangat pribadi dan spesifik untuk individu – tidak seperti ilusi – sehingga tidak mungkin untuk mendorong mereka dalam populasi besar.

Kesimpulan

Persepsi kita tunduk pada berbagai mekanisme transformasi. Halusinasi dan ilusi adalah dua bentuk spesifik gangguan persepsi yang biasa dialami orang. Arti dari dua pengalaman episodik ini sering membingungkan dan kedua istilah tersebut digunakan secara bergantian.

Namun, ada perbedaan kuat di antara mereka mengenai asal rangsangan, realitas keberadaan mereka, akibat dari episode ini serta representasi simbolis dari pengalaman tersebut.

Rangsangan internal yang tidak memiliki keberadaan nyata dianggap salah sehingga menghasilkan halusinasi pada individu. Salah tafsir dari rangsangan abadi yang nyata mengarah pada ilusi. Universalitas ilusi dapat dibangun, tetapi halusinasi karena karakternya yang sangat pribadi berada di luar batas universalitas tersebut.

Selain itu, halusinasi seringkali merupakan tanda dari keadaan pikiran yang sakit, sementara ilusi dianggap umum dan normal. Mereka sering digunakan sebagai bentuk stimulasi mental yang positif. Halusinasi cenderung memiliki implikasi negatif.

Referensi

  1. https://ajp.psychiatryonline.org/doi/pdf/10.1176/ajp.58.3.443
  2. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10420378

Lakukan tes