Menu Close

5 Perbedaan Fermentasi Aerob dan Anaerob

Fermentasi aerob dan anaerob adalah dua jenis proses fermentasi yang berbeda dalam hal kebutuhan oksigen dalam proses tersebut. Perbedaan utama antara keduanya terletak pada keberadaan oksigen.

Apa Itu Fermentasi Aerob?

Fermentasi aerob adalah proses fermentasi yang terjadi dalam keberadaan oksigen. Dalam fermentasi aerob, molekul glukosa atau bahan organik lainnya dipecah secara parsial untuk menghasilkan energi dengan menggunakan oksigen sebagai akseptor akhir elektron. Proses ini melibatkan beberapa langkah, termasuk glikolisis dan oksidasi lebih lanjut dalam jalur respirasi aerob di mitokondria.

Berikut ini adalah langkah-langkah utama fermentasi aerob:

  1. Glikolisis: Fermentasi aerob dimulai dengan glikolisis, yang terjadi di sitoplasma sel. Dalam glikolisis, molekul glukosa dipecah menjadi dua molekul asam piruvat. Pada saat yang sama, energi dalam bentuk ATP dan NADH juga dihasilkan.
  2. Oksidasi asam piruvat: Setelah glikolisis, asam piruvat yang dihasilkan memasuki mitokondria sel untuk mengalami oksidasi lebih lanjut. Pada tahap ini, setiap molekul asam piruvat mengalami dekarboksilasi dan menghasilkan satu molekul CO2 serta satu molekul asetil-KoA.
  3. Siklus asam sitrat (siklus Krebs): Molekul asetil-KoA yang dihasilkan dari oksidasi asam piruvat memasuki siklus asam sitrat di dalam mitokondria. Dalam siklus ini, asetil-KoA dioksidasi sepenuhnya menjadi CO2, menghasilkan energi dalam bentuk ATP, NADH, dan FADH2.
  4. Rantai transpor elektron: Molekul-molekul NADH dan FADH2 yang dihasilkan selama glikolisis dan siklus asam sitrat melepaskan elektron mereka ke rantai transpor elektron di dalam mitokondria. Elektron tersebut mengalami serangkaian reaksi oksidasi dan reduksi, menghasilkan energi yang digunakan untuk menghasilkan ATP melalui fosforilasi oksidatif.

Akhir dari rantai transpor elektron adalah akseptor akhir elektron, yaitu oksigen (O2). Oksigen berperan sebagai akseptor akhir dan membentuk air (H2O) setelah menerima elektron dan ion hidrogen (H+). Proses ini memungkinkan pembebasan energi yang lebih besar melalui produksi ATP.

Fermentasi aerob sangat penting dalam metabolisme aerobik organisme, termasuk manusia dan hewan lainnya. Ini adalah proses yang mendukung produksi energi yang efisien melalui penguraian molekul glukosa dengan menggunakan oksigen sebagai akseptor akhir elektron.

Apa Itu Fermentasi Anaerob?

Fermentasi anaerob adalah proses fermentasi yang terjadi dalam kondisi lingkungan yang kurang atau tanpa adanya oksigen. Dalam fermentasi anaerob, organisme menggunakan molekul organik sebagai akseptor akhir elektron dalam reaksi redoks, karena oksigen tidak tersedia.

Berikut ini adalah beberapa contoh fermentasi anaerob yang umum:

  1. Fermentasi Alkohol: Dalam fermentasi alkohol, molekul glukosa atau karbohidrat lainnya dipecah menjadi asam piruvat melalui glikolisis, seperti dalam fermentasi aerob. Namun, dalam kondisi anaerob, asam piruvat tidak mengalami oksidasi lebih lanjut di mitokondria. Sebagai gantinya, asam piruvat diubah menjadi etanol dan karbon dioksida oleh enzim-enzim khusus. Contoh fermentasi alkohol adalah yang terjadi dalam pembuatan bir, anggur, dan roti, di mana ragi mengubah glukosa menjadi etanol.
  2. Fermentasi Asam Laktat: Dalam fermentasi asam laktat, juga dikenal sebagai fermentasi laktik, asam piruvat yang dihasilkan dari glikolisis diubah menjadi asam laktat oleh enzim-enzim khusus. Fermentasi ini terjadi dalam beberapa jenis bakteri dan juga dalam otot manusia saat kekurangan oksigen selama aktivitas fisik intens. Misalnya, saat latihan yang intens, otot manusia mengalami kekurangan oksigen, dan untuk memenuhi kebutuhan energi, glukosa diubah menjadi asam laktat melalui fermentasi laktat.
  3. Fermentasi Asam Asetat: Fermentasi asam asetat terjadi pada beberapa jenis bakteri dan berbagai organisme yang hidup di lingkungan anaerob, seperti dalam sistem pencernaan hewan herbivora. Dalam fermentasi ini, asam piruvat diubah menjadi asam asetat dan sejumlah kecil karbon dioksida oleh bakteri khusus. Proses ini menghasilkan energi yang digunakan oleh organisme tersebut.

Fermentasi anaerob adalah cara untuk menghasilkan energi dalam kondisi lingkungan yang kurang oksigen. Meskipun tidak seefisien fermentasi aerob, fermentasi anaerob masih merupakan mekanisme penting bagi organisme yang hidup di lingkungan anaerob atau dalam situasi di mana oksigen tidak tersedia dalam jumlah cukup.

Apa Persamaan Fermentasi Aerob dan Anaerob?

Meskipun fermentasi aerob dan anaerob memiliki perbedaan dalam kebutuhan oksigen dan produk akhirnya, ada juga beberapa persamaan antara keduanya. Berikut adalah beberapa persamaan dalam fermentasi aerob dan anaerob:

  1. Awalnya, keduanya dimulai dengan proses glikolisis, di mana molekul glukosa dipecah menjadi dua molekul asam piruvat. Glikolisis terjadi di sitoplasma sel pada keduanya.
  2. Baik dalam fermentasi aerob maupun anaerob, glikolisis menghasilkan beberapa molekul ATP yang digunakan sebagai sumber energi selama proses fermentasi.
  3. Kedua jenis fermentasi menghasilkan molekul NADH sebagai produk samping dari glikolisis. Molekul NADH ini dapat digunakan nanti dalam rantai transpor elektron untuk menghasilkan lebih banyak ATP dalam fermentasi aerob atau dalam proses regenerasi NAD+ dalam fermentasi anaerob.
  4. Fermentasi aerob dan anaerob digunakan oleh organisme untuk menghasilkan energi ketika oksigen terbatas atau tidak tersedia. Keduanya merupakan cara alternatif untuk memperoleh ATP yang diperlukan untuk pemeliharaan metabolisme sel.

Meskipun ada persamaan ini, penting untuk dicatat bahwa fermentasi aerob dan anaerob memiliki perbedaan penting dalam produk akhir dan efisiensi energi yang dihasilkan. Produk akhir dalam fermentasi aerob adalah karbon dioksida dan air, sementara dalam fermentasi anaerob, produk akhirnya dapat berupa etanol, asam laktat, atau produk fermentasi lainnya tergantung pada jenis organisme yang terlibat. Selain itu, fermentasi aerob menghasilkan lebih banyak ATP dibandingkan dengan fermentasi anaerob karena efisiensi yang lebih tinggi dalam pembebasan energi dari substrat yang dioksidasi.

Apa Perbedaan Fermentasi Aerob dan Anaerob?

Ada beberapa perbedaan utama antara fermentasi aerob dan anaerob. Berikut adalah perbedaan-perbedaan tersebut:

  1. Kebutuhan Oksigen: Fermentasi aerob membutuhkan oksigen sebagai komponen penting dalam prosesnya, sedangkan fermentasi anaerob terjadi tanpa keberadaan oksigen atau dalam kondisi lingkungan yang kurang oksigen. Keberadaan oksigen sangat penting dalam fermentasi aerob karena oksigen berfungsi sebagai akseptor akhir elektron dalam rantai respirasi.
  2. Produk Akhir: Dalam fermentasi aerob, produk akhirnya adalah karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). Proses ini menghasilkan energi yang lebih efisien dalam bentuk ATP. Di sisi lain, dalam fermentasi anaerob, produk akhirnya bervariasi tergantung pada jenis organisme yang terlibat. Contoh produk fermentasi anaerob termasuk etanol dalam fermentasi alkohol dan asam laktat dalam fermentasi asam laktat.
  3. Efisiensi Energi: Fermentasi aerob menghasilkan lebih banyak energi (ATP) daripada fermentasi anaerob. Dalam fermentasi aerob, molekul glukosa dioksidasi sepenuhnya, menghasilkan sekitar 36-38 molekul ATP. Sementara itu, fermentasi anaerob menghasilkan jumlah ATP yang lebih sedikit, biasanya sekitar 2 molekul ATP per molekul glukosa, karena hanya sebagian kecil energi yang dapat diperoleh melalui proses fermentasi anaerob.
  4. Organisme yang Terlibat: Fermentasi aerob terjadi dalam banyak organisme, termasuk manusia, hewan, dan sebagian besar mikroorganisme. Ini adalah proses metabolisme utama dalam sel-sel manusia dan hewan untuk menghasilkan energi. Di sisi lain, fermentasi anaerob terjadi dalam beberapa jenis bakteri, ragi, dan beberapa organisme lainnya yang dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang kurang oksigen.
  5. Efek pada Organisme: Fermentasi aerob tidak menghasilkan akumulasi produk samping yang merugikan. Namun, dalam beberapa kasus, fermentasi anaerob dapat menghasilkan produk samping yang dapat menjadi racun bagi organisme, seperti alkohol dalam fermentasi alkohol.

Perbedaan-perbedaan ini menunjukkan bagaimana keberadaan oksigen dan produk akhir yang dihasilkan mempengaruhi proses fermentasi dan konsekuensinya terhadap organisme yang terlibat.