Menu Close

5 Perbedaan Sistem Saraf Simpatik dan Parasimpatik

Sistem saraf otonom adalah bagian dari sistem saraf perifer yang mengendalikan fungsi-fungsi tubuh yang tidak kita sadari secara sadar, seperti detak jantung, pernapasan, dan pencernaan. Sistem saraf otonom terdiri dari dua komponen utama: sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Dalam artikel ini, kita akan membahas peran dan fungsi dari kedua sistem saraf ini dalam tubuh manusia.

Apa Itu Sistem Saraf Simpatik?

Sistem saraf simpatik adalah salah satu bagian dari sistem saraf otonom yang bertanggung jawab atas respons “fight or flight” dalam tubuh manusia. Ketika kita menghadapi situasi yang menantang atau menekan, sistem saraf simpatik akan mengaktifkan respons ini untuk membantu kita melawan atau melarikan diri dari bahaya.

Ketika sistem saraf simpatik diaktifkan, impuls saraf dikirim dari otak atau sumsum tulang belakang ke berbagai bagian tubuh. Beberapa efek utama aktivasi sistem saraf simpatik meliputi:

  1. Peningkatan denyut jantung: Sistem saraf simpatik meningkatkan kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung, sehingga meningkatkan denyut jantung.
  2. Peningkatan tekanan darah: Aktivasi sistem saraf simpatik menyebabkan pembuluh darah menyempit, yang meningkatkan tekanan darah.
  3. Peningkatan aliran darah ke otot rangka: Sistem saraf simpatik mengarahkan aliran darah ke otot rangka, mempersiapkan tubuh untuk aksi fisik yang cepat.
  4. Dilatasi saluran bronkial: Sistem saraf simpatik merelaksasi otot-otot saluran bronkial di paru-paru, memungkinkan peningkatan aliran udara dan meningkatkan suplai oksigen.
  5. Peningkatan metabolisme: Sistem saraf simpatik meningkatkan laju metabolisme tubuh, termasuk peningkatan produksi glukosa oleh hati dan penggunaan energi dari cadangan tubuh.
  6. Peningkatan keringat: Aktivasi sistem saraf simpatik meningkatkan produksi keringat sebagai respon terhadap suhu tubuh yang meningkat.

Selain itu, sistem saraf simpatik juga berperan dalam menghambat fungsi-fungsi tubuh yang tidak diperlukan dalam situasi darurat, seperti sistem pencernaan dan aktivitas reproduksi.

Berikut adalah beberapa peran dan fungsi utama sistem saraf simpatik:

  1. Peningkatan detak jantung dan tekanan darah: Sistem saraf simpatik akan merangsang jantung untuk memompa lebih cepat dan meningkatkan tekanan darah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pasokan oksigen dan nutrisi ke otot-otot yang dibutuhkan selama situasi stres.
  2. Relaksasi otot-otot halus: Sistem saraf simpatik akan menghambat aktivitas otot-otot halus dalam tubuh, seperti otot-otot saluran pencernaan dan saluran napas. Hal ini membantu mengalihkan energi tubuh ke area-area yang membutuhkannya secara lebih mendesak selama respons “fight or flight”.
  3. Peningkatan aliran darah ke otot-otot: Sistem saraf simpatik akan memperluas pembuluh darah yang menuju ke otot-otot, sehingga memungkinkan aliran darah yang lebih banyak menuju ke area-area yang membutuhkannya selama situasi stres.
  4. Meningkatkan tingkat glukosa dalam darah: Sistem saraf simpatik akan merangsang pelepasan glukosa dari hati ke dalam darah. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan sumber energi tambahan bagi tubuh selama respons “fight or flight”.
  5. Menghambat aktivitas sistem pencernaan: Sistem saraf simpatik akan menghambat aktivitas saluran pencernaan, seperti pengurangan sekresi asam lambung dan perlambatan gerakan usus. Hal ini bertujuan untuk mengalihkan energi tubuh ke area-area yang membutuhkannya selama situasi stres.

Apa Itu Sistem Saraf Parasimpatik?

Sistem saraf parasimpatik adalah bagian dari sistem saraf otonom yang bertanggung jawab atas respons “rest and digest” dalam tubuh manusia. Ketika kita berada dalam kondisi yang tenang dan rileks, sistem saraf parasimpatik akan mengaktifkan respons ini untuk memulihkan tubuh dan mengembalikan fungsi-fungsi tubuh ke tingkat normal.

Ketika sistem saraf parasimpatik diaktifkan, impuls saraf dikirim dari otak atau sumsum tulang belakang ke berbagai organ dan jaringan dalam tubuh. Beberapa efek utama aktivasi sistem saraf parasimpatik meliputi:

  1. Penurunan denyut jantung: Sistem saraf parasimpatik memperlambat denyut jantung dengan merangsang saraf vagus, sehingga menyebabkan penurunan frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung.
  2. Penurunan tekanan darah: Aktivasi sistem saraf parasimpatik menyebabkan pembuluh darah melebar (vasodilatasi), yang dapat mengurangi tekanan darah.
  3. Peningkatan aktivitas sistem pencernaan: Sistem saraf parasimpatik merangsang aktivitas sistem pencernaan, termasuk produksi enzim pencernaan, peristaltik (gerakan) usus, dan sekresi cairan pencernaan untuk membantu dalam pencernaan makanan.
  4. Kontraksi saluran bronkial: Sistem saraf parasimpatik menyebabkan kontraksi otot-otot saluran bronkial di paru-paru, yang membantu mengendalikan aliran udara dan mengurangi alergi atau iritasi.
  5. Peningkatan aktivitas saluran kemih: Aktivasi sistem saraf parasimpatik mengakibatkan relaksasi dinding kandung kemih dan kontraksi otot-otot yang mengendalikan aliran urin, memfasilitasi pengosongan kandung kemih.
  6. Meningkatkan fungsi reproduksi: Sistem saraf parasimpatik berperan dalam merangsang respons seksual dan memfasilitasi fungsi reproduksi, termasuk ereksi pada pria dan pelumasan pada wanita.

Sistem saraf parasimpatik aktif terutama saat tubuh dalam keadaan santai, setelah makan, atau ketika tidak ada ancaman atau stres yang signifikan. Aktivasi sistem saraf parasimpatik membantu tubuh beristirahat, mencerna makanan dengan efisien, meningkatkan regenerasi sel, dan memulihkan keseimbangan fisiologis setelah situasi stres atau aktivitas fisik yang intens.

Berikut adalah beberapa peran dan fungsi utama sistem saraf parasimpatik:

  1. Pemulihan dan regenerasi: Sistem saraf parasimpatik membantu tubuh dalam memulihkan diri setelah situasi stres. Ia merangsang proses-proses regeneratif seperti pemulihan jaringan, pertumbuhan sel-sel baru, dan penyembuhan luka.
  2. Peningkatan aktivitas sistem pencernaan: Sistem saraf parasimpatik akan merangsang sistem pencernaan untuk berfungsi dengan optimal. Hal ini termasuk meningkatkan sekresi asam lambung, meningkatkan gerakan usus, dan merangsang kontraksi kantung empedu untuk pencernaan yang efisien.
  3. Penurunan detak jantung dan tekanan darah: Sistem saraf parasimpatik akan menurunkan detak jantung dan tekanan darah. Hal ini membantu tubuh untuk berada dalam keadaan tenang dan rileks.
  4. Meningkatkan aktivitas saluran napas: Sistem saraf parasimpatik akan meningkatkan aktivitas saluran napas, memperlancar pernapasan, dan memastikan pasokan oksigen yang cukup ke seluruh tubuh.
  5. Stimulasi aktivitas reproduksi: Sistem saraf parasimpatik juga berperan dalam merangsang aktivitas reproduksi, seperti gairah seksual dan fungsi seksual yang normal.

Interaksi antara Sistem Saraf Simpatik dan Parasimpatik

Sistem saraf simpatik dan parasimpatik bekerja bersama-sama untuk menjaga keseimbangan dan homeostasis dalam tubuh manusia. Kedua sistem ini memiliki efek yang berlawanan satu sama lain, dan keseimbangan antara keduanya penting untuk kesehatan dan fungsi tubuh yang optimal. Ketika kita menghadapi situasi stres, sistem saraf simpatik akan mendominasi, sementara sistem saraf parasimpatik akan berperan saat kita dalam kondisi yang tenang dan rileks.

Ketidakseimbangan antara sistem saraf simpatik dan parasimpatik dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Misalnya, hiperaktivitas sistem saraf simpatik dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, gangguan tidur, dan kecemasan. Di sisi lain, hiperaktivitas sistem saraf parasimpatis dapat menyebabkan penurunan denyut jantung, kelelahan, dan gangguan pencernaan.

Menjaga Keseimbangan Sistem Saraf Otonom

Untuk menjaga keseimbangan antara sistem saraf simpatik dan parasimpatik, ada beberapa langkah yang dapat kita ambil:

  1. Latihan fisik teratur: Olahraga dan aktivitas fisik teratur dapat membantu mengatur aktivitas sistem saraf otonom. Latihan aerobik seperti berjalan kaki, berlari, atau berenang dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan fungsi sistem saraf parasimpatik.
  2. Teknik relaksasi: Menggunakan teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau yoga dapat membantu mengurangi aktivitas sistem saraf simpatik dan meningkatkan aktivitas sistem saraf parasimpatik.
  3. Manajemen stres: Mengelola stres dengan baik dapat membantu menjaga keseimbangan sistem saraf otonom. Menggunakan strategi seperti mengatur waktu dengan baik, berbicara dengan orang-orang terdekat, atau mengambil waktu untuk diri sendiri dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan fungsi sistem saraf parasimpatik.
  4. Gaya hidup sehat: Mengadopsi gaya hidup sehat dengan pola makan yang seimbang, tidur yang cukup, dan menghindari kebiasaan merokok dan minuman beralkohol berlebihan dapat mendukung keseimbangan sistem saraf otonom.

Dengan menjaga keseimbangan sistem saraf otonom, kita dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan kita secara keseluruhan. Penting untuk memahami peran dan fungsi dari sistem saraf simpatik dan parasimpatik dalam tubuh manusia dan mengambil langkah-langkah untuk menjaga keseimbangan antara keduanya.

Apa Perbedaan Sistem Saraf Simpatik dan Parasimpatik?

Meskipun keduanya memiliki peran dalam menjaga keseimbangan dan koordinasi fungsi internal tubuh, ada beberapa persamaan dan perbedaan antara sistem saraf simpatik dan parasimpatik. Berikut ini adalah penjelasan tentang persamaan dan perbedaan antara kedua sistem saraf ini:

Persamaan:

  1. Koordinasi Fungsi Tubuh: Baik sistem saraf simpatik maupun parasimpatik bertanggung jawab mengkoordinasikan fungsi tubuh yang tidak terkontrol secara sadar. Keduanya bekerja untuk menjaga keseimbangan dan homeostasis tubuh.
  2. Bagian dari Sistem Saraf Otonom: Sistem saraf simpatik dan parasimpatik adalah dua komponen utama dari sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom mengendalikan fungsi-fungsi otomatis tubuh, seperti detak jantung, pernapasan, pencernaan, dan respons terhadap stres.
  3. Berpusat di Otak dan Sumsum Tulang Belakang: Baik sistem saraf simpatik maupun parasimpatik memiliki pusat kontrol di otak dan sumsum tulang belakang. Sinyal saraf dikirim dari pusat kontrol ini ke berbagai organ dan jaringan dalam tubuh.

Perbedaan:

  1. Respons terhadap Stimulus: Sistem saraf simpatik merespons situasi-situasi stres atau darurat dengan mengaktifkan “respons atau reaksi melawan” (fight-or-flight response). Sistem saraf parasimpatik merespons situasi-situasi yang lebih tenang dan santai dengan mengaktifkan “respons istirahat dan pencernaan” (rest-and-digest response).
  2. Efek pada Organ dan Jaringan: Sistem saraf simpatik mempersiapkan tubuh untuk bertindak dengan meningkatkan denyut jantung, memperluas pembuluh darah, dan meningkatkan aliran darah ke otot. Sistem saraf parasimpatik memperlambat denyut jantung, menyempitkan pembuluh darah, dan meningkatkan aktivitas pencernaan.
  3. Neurotransmitter Utama: Sistem saraf simpatik menggunakan neurotransmitter noradrenalin sebagai sinyal kimia utama. Sistem saraf parasimpatik menggunakan neurotransmitter asetilkolin sebagai sinyal kimia utama.
  4. Distribusi Serat Saraf: Serat saraf sistem saraf simpatik berasal dari segmentasi tulang belakang torakolumbal (T1-L2). Serat saraf sistem saraf parasimpatik berasal dari saraf kranial dan segmentasi tulang belakang sakral (S2-S4).
  5. Durasi Respon: Respon sistem saraf simpatik cenderung cepat dan singkat, memungkinkan tubuh untuk merespons dengan cepat terhadap situasi darurat. Respon sistem saraf parasimpatik cenderung lebih lambat dan berlangsung lebih lama, memungkinkan tubuh untuk beristirahat dan memulihkan diri.

Meskipun sistem saraf simpatik dan parasimpatik memiliki persamaan dalam beberapa aspek, seperti koordinasi fungsi tubuh dan bagian dari sistem saraf otonom, mereka memiliki perbedaan penting dalam respons terhadap stimulus, efek pada organ dan jaringan, neurotransmitter utama yang digunakan, distribusi serat saraf, serta durasi respon. Keduanya bekerja bersama-sama untuk menjaga keseimbangan dan homeostasis tubuh yang optimal.

Kesimpulan

Sistem saraf simpatik dan parasimpatik bekerja bersama-sama untuk menjaga keseimbangan dan homeostasis dalam tubuh. Mereka berfungsi sebagai sistem kontrol yang saling berlawanan, dengan sistem saraf simpatik mengaktifkan respon tubuh dalam situasi stres dan bahaya, sementara sistem saraf parasimpatik mengaktifkan respon tubuh dalam situasi istirahat dan pemulihan. Aktivitas keduanya secara bersama-sama membantu tubuh beradaptasi terhadap berbagai kondisi dan menjaga stabilitas fisiologis yang diperlukan untuk kesehatan dan keseimbangan.