Menu Close

4 Perbedaan Apomorfik dan Plesiomorfik

Apa Itu Apomorfik?

Apomorfik digunakan untuk menggambarkan sifat atau karakteristik yang muncul pada sebuah takson (kelompok organisme) yang tidak ada pada leluhurnya atau takson yang lebih tua secara evolusioner. Apomorfi adalah ciri turunan yang membedakan takson tersebut dari takson lainnya.

Apomorfik merupakan konsep yang digunakan dalam analisis filogenetik, yang bertujuan untuk mempelajari hubungan evolusi antara berbagai kelompok organisme. Dalam analisis filogenetik, para peneliti mencari ciri-ciri yang membedakan kelompok organisme satu dengan yang lainnya untuk mengungkap sejarah evolusi dan hubungan kekerabatan di antara mereka.

Karakteristik apomorfik dapat berupa sifat fisik, seperti bentuk tubuh, struktur anatomi, atau warna, maupun sifat molekuler, seperti perbedaan dalam urutan DNA atau protein. Misalnya, pada analisis filogenetik mamalia, sifat apomorfik yang membedakan mamalia dari kelompok organisme lainnya adalah adanya kelenjar susu yang menghasilkan susu untuk menyusui bayi mereka.

Penting untuk dicatat bahwa sifat apomorfik tidak selalu menunjukkan keunggulan evolusioner atau kompleksitas yang lebih tinggi. Apomorfi hanya mengindikasikan perbedaan yang muncul pada suatu takson, tanpa memperhatikan apakah perbedaan tersebut memiliki keuntungan adaptif atau tidak. Selain itu, sifat apomorfik juga dapat berkembang kembali ke dalam takson yang lebih tua dalam beberapa kasus, yang disebut dengan istilah “plesiomorfik”.

Dalam pemahaman hubungan evolusi antara organisme, pemahaman tentang apomorfi dan karakteristik lainnya membantu dalam membangun pohon filogenetik atau pohon kehidupan yang menggambarkan hubungan kekerabatan dan sejarah evolusi organisme di Bumi.

Apa Itu Plesiomorfik?

Plesiomorfik digunakan untuk menggambarkan sifat atau karakteristik yang ada pada sebuah takson (kelompok organisme) dan juga pada leluhurnya atau takson yang lebih tua secara evolusioner. Plesiomorfi adalah ciri primitif atau bersifat basal yang diwarisi dari leluhur bersama dan tidak membedakan takson tersebut dari takson lainnya.

Plesiomorfik merupakan konsep yang digunakan dalam analisis filogenetik, yang bertujuan untuk mempelajari hubungan evolusi antara berbagai kelompok organisme. Dalam analisis filogenetik, para peneliti mencari ciri-ciri yang membedakan kelompok organisme satu dengan yang lainnya untuk mengungkap sejarah evolusi dan hubungan kekerabatan di antara mereka.

Karakteristik plesiomorfik dapat berupa sifat fisik, seperti bentuk tubuh, struktur anatomi, atau warna, maupun sifat molekuler, seperti urutan DNA atau protein yang diwarisi dari leluhur bersama. Misalnya, pada analisis filogenetik mamalia, sifat plesiomorfik yang dimiliki oleh mamalia dan juga oleh reptil adalah adanya kandung telur yang digunakan untuk reproduksi.

Perlu dicatat bahwa plesiomorfi tidak memberikan informasi yang signifikan tentang hubungan kekerabatan antara kelompok organisme yang lebih spesifik. Karakteristik plesiomorfik sering kali diwarisi oleh banyak takson dan tidak memberikan petunjuk yang kuat tentang hubungan kekerabatan yang lebih dekat. Oleh karena itu, dalam analisis filogenetik, perhatian lebih besar diberikan pada ciri-ciri apomorfik yang membedakan takson lebih khusus.

Pemahaman tentang plesiomorfi dan karakteristik lainnya membantu dalam membangun pohon filogenetik atau pohon kehidupan yang menggambarkan hubungan kekerabatan dan sejarah evolusi organisme di Bumi. Dengan mempertimbangkan plesiomorfi dan apomorfi, para peneliti dapat mengidentifikasi ciri-ciri yang membedakan takson dan mengungkap pola evolusi yang mendasarinya.

Apa Persamaan Apomorfik dan Plesiomorfik?

Meskipun memiliki konsep yang berbeda, ada beberapa persamaan antara apomorfik dan plesiomorfik dalam biologi. Berikut adalah beberapa persamaan antara keduanya:

  1. Warisan dari leluhur: Baik apomorfik maupun plesiomorfik adalah karakteristik yang diwarisi dari leluhur organisme. Keduanya mencerminkan sejarah evolusi dan hubungan kekerabatan dengan leluhur bersama.
  2. Muncul pada takson: Sifat apomorfik dan plesiomorfik muncul pada takson atau kelompok organisme. Mereka dapat ditemukan pada tingkat yang berbeda dalam taksonomi, seperti pada tingkat spesies, keluarga, atau ordo.
  3. Digunakan dalam analisis filogenetik: Baik apomorfik maupun plesiomorfik digunakan dalam analisis filogenetik untuk mempelajari hubungan evolusi antara kelompok organisme. Mereka memberikan petunjuk tentang sejarah evolusi dan kekerabatan organisme.
  4. Karakteristik morfologis atau molekuler: Apomorfik dan plesiomorfik dapat berupa karakteristik morfologis, seperti bentuk tubuh atau struktur anatomi, maupun karakteristik molekuler, seperti urutan DNA atau protein.
  5. Terkait dengan pohon filogenetik: Pemahaman tentang apomorfik dan plesiomorfik penting dalam membangun pohon filogenetik atau pohon kehidupan yang menggambarkan hubungan kekerabatan dan sejarah evolusi organisme di Bumi. Kedua konsep ini membantu dalam mengidentifikasi ciri-ciri yang membedakan takson dan memahami pola evolusi.

Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa apomorfik dan plesiomorfik adalah konsep yang saling berlawanan dalam konteks perbedaan dan warisan karakteristik. Apomorfik adalah ciri turunan yang membedakan takson tersebut dari takson lainnya, sedangkan plesiomorfik adalah ciri primitif yang diwarisi dari leluhur bersama dan tidak membedakan takson tersebut dari takson lainnya.

Apa Perbedaan Apomorfik dan Plesiomorfik?

Perbedaan antara apomorfik dan plesiomorfik dalam biologi terletak pada sifat karakteristik yang mereka representasikan dan hubungan dengan taksonomi. Berikut adalah perbedaan utama antara apomorfik dan plesiomorfik:

  1. Sifat Karakteristik: Apomorfik mengacu pada ciri turunan yang muncul pada takson yang tidak ada pada leluhurnya atau takson yang lebih tua secara evolusioner. Ini adalah ciri yang membedakan takson tersebut dari takson lainnya. Plesiomorfik, di sisi lain, mengacu pada ciri primitif atau bersifat basal yang diwarisi dari leluhur bersama dan juga ada pada takson lainnya.
  2. Status dalam Taksonomi: Apomorfik memberikan informasi yang lebih relevan dalam taksonomi karena membantu dalam mengidentifikasi hubungan kekerabatan yang lebih dekat antara kelompok organisme yang lebih spesifik. Sifat apomorfik sering kali digunakan untuk membedakan takson yang lebih kecil, seperti spesies atau kelompok organisme yang lebih sempit. Sebaliknya, plesiomorfik memberikan informasi yang kurang relevan dalam taksonomi karena sifat tersebut ada pada takson yang lebih luas dan tidak membantu dalam menggolongkan kelompok organisme yang lebih spesifik.
  3. Relevansi Evolusi: Apomorfik memberikan wawasan yang lebih besar tentang sejarah evolusi dan perubahan dalam taksonomi. Ini karena sifat apomorfik muncul sebagai hasil dari perubahan dan inovasi evolusioner yang terjadi pada leluhur bersama. Plesiomorfik, di sisi lain, memberikan sedikit informasi tentang perubahan dan evolusi karena sifat tersebut diwarisi dari leluhur bersama dan ada pada takson yang lebih luas.
  4. Dalam Analisis Filogenetik: Dalam analisis filogenetik, pemahaman tentang apomorfik dan plesiomorfik memainkan peran penting. Sifat apomorfik lebih berharga dalam menentukan hubungan kekerabatan yang lebih dekat dan membangun pohon filogenetik yang akurat. Plesiomorfik, meskipun masih digunakan dalam analisis filogenetik, cenderung menjadi karakteristik yang kurang informatif karena keberadaannya yang luas di seluruh takson.

Dengan demikian, perbedaan utama antara apomorfik dan plesiomorfik terletak pada sifat karakteristik yang mereka wakili, relevansi dalam taksonomi, dan informasi yang mereka berikan tentang evolusi dan hubungan kekerabatan organisme.